Jumat, 08 Februari 2013

"GENERASI YOSUA"


Generasi Yosua

Generasi Yosua adalah Generasi yang memiliki keserupaan karakter dengan Kristus, memiliki gaya hidup Kristus, melakukan seperti apa yang Yesus lakukan. Kitalah generasi yang akan menggempur gerbang-gerbang neraka, merebut tanah perjanjian, mengabarkan kebenaran yang menyelamatkan dan menuai jiwa-jiwa di akhir zaman. Kitalah generasi yang menyatakan kepada dunia, bahwa keselamatan, pemulihan dan berkat hanya datang dari Allah yang hidup.

Seperti halnya Yosua menggantikan Musa untuk suatu musim yang baru, kegerakan yang baru; kita dipersiapkan untuk suatu kegerakan baru yang mengubahkan, menggantikan generasi pendahulu kita, hidup pada dimensi peperangan rohani yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Kitab Yosua adalah gambaran tentang orang-orang yang sudah berhenti berputar-putar di padang gurun, mulai mengenal Tuhan mereka, memegang janji-janji Tuhan dan yang sekarang siap meraih apa yang telah dijanjikan Tuhan kepada mereka. Surat Efesus menerjemahkan peperangan yang dialami Yosua menjadi peperangan rohani yang dialami orang percaya.

Artikel ini adalah artikel bagi para pembaca yang siap membayar harga dan melakukan apa saja untuk meraih semua yang telah disediakan Tuhan bagi kita. Inilah kitab ketika Rasul Paulus memerintahkan "Hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya!", sama seperti Tuhan memerintahkan kepada Yosua, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu!".

Yosua memimpin Israel merebut tanah perjanjian, tetapi ia juga melayani Musa dengan sabar dan setia selama 40 tahun di padang gurun. Yosua mengerti ketaatan. Ia hidup dengan prinsip penundukan diri dan ketaatan kepada otoritas Tuhan. Kenyataannya, tidak ada angkatan bersenjata di mana pun yang dapat menang dalam peperangan tanpa
pasukan yang tahu posisi masing-masing, menghormati atasan mereka dan menaati perintah. Tidak heran, dalam surat Efesus pasal 1 sampai pasal 5, Paulus menjelaskan dulu tentang gambar diri kita di dalam Kristus, serta kesatuan hati yang terikat dalam kasih dan ketaatan. Kita tidak bisa berperang merebut tanah perjanjian, menghancurkan kuasa-kuasa jahat, tanpa kita mengenal siapa diri kita di dalam Kristus dan mau terikat dalam kasih, ketaatan dan penundukan diri. Sekali lagi dengan kata lain, sebelum mengenakan perlengkapan senjata Tuhan dan mengajarkan strategi peperangan rohani, Paulus dengan jelas dan tegas memberi tahu bahwa kita harus tinggal dalam prinsip penundukan diri dan ketaatan kasih kepada otoritas.

* Ketaatan mulai dididik sejak usia muda.

Keluaran 17:10 " Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya"

Pejuang yang matang adalah pejuang yang taat kepada otoritas yang benar dan mempercayai Tuhan . Kita yakin Musa adalah tokoh yang besar, tetapi apakah ia selalu menjadi atasan yang baik? Jika ia pernah memukul gunung batu, maka pernahkah kita terpikirkan bahwa ia bisa begitu merasa frustasi dan kesal dalam beberapa waktu ketika ia memikul tanggung jawab yang sangat besar dan menanggung beban memimpin jutaan orang yang sangat egois dan berpikir seenaknya sendiri. Apakah Yosua pernah kecewa karena tindakan dan ucapan Musa? Tetapi Alkitab mencatat bahwa Yosua menaati Musa tanpa mengeluh.

Ketaatan rohani kita kepada Tuhan terbukti bagaimana hubungan ketaatan dan penundukan diri kita secara natural dengan otoritas yang ada. misal hubungan istri dan suami, hubungan anak dan orang tua, bahkan hubungan hamba dan tuan. Tuhan ingin kita belajar taat sejak masih kecil di tengah asuhan orang tua kita, di sekolah/ universitas, di tempat kerja bahkan dalam hidup berkeluarga kita nantinya.

Orang dewasa yang diajar taat oleh orang tuanya akan jauh lebih mudah menaati Tuhan daripada yang tidak pernah diajar taat ketika masih kecil di rumahnya. Hal itu dimulai dari yang sederhana seperti menetapkan peraturan dan membuat anak belajar bertanggung jawab. Jam delapan malam, Budi harus naik ke tempat tidur tanpa membantah dan tanpa protes. Bila tidak taat, ia akan segera mengetahui konsekuensinya. Bila memberontak, tidak mau tunduk atau bersungut-sungut, ia segera mengetahui bahwa sikapnya itu tidak dapat diterima. Seorang anak yang terbiasa dididik taat dan hormat kepada otoritas di rumah maka akan dapat lebih menikmati waktunya bersama para guru di sekolah dan atasan di kantor. Mereka akan secara wajar akan menghormati orang dewasa yang mempunyai otoritas atas mereka, apakah itu pendeta atau polisi sekalipun.

* Ketaatan mendesak kedagingan.
Ketaatan selalu berhubungan dengan membatasi ruang gerak daging kita dengan peraturan, rutinitas, struktur dan perintah. Jauh di dalam hati dan jiwa manusia yang telah jatuh dalam dosa kecendurungan alami, pasti ingin memberontak terhadap hal-hal ini. Banyak orang mengatakan bahwa peraturan, rutinitas, struktur dan perintah bertentangan dengan Roh Kudus; Namun Firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa peraturan, rutinitas, struktur dan perintah yang baik dan benar, tidak bertentangan dengan pekerjaan Roh Kudus. Hal itu malah memudahkan Roh Kudus untuk didengarkan dan dilakukan oleh manusia.

I Petrus 2:13-18. Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wall yang diutusnya untuk menghukum orang- orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh. Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan- kejahatan mereka, tetapi
hiduplah sebagai hamba Allah. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara- saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja! Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.

Kita harus tunduk kepada hukum manusia seolah-olah Tuhan sendiri yang telah menulisnya. Memberontak kepada mereka sama saja dengan memberontak kepada Tuhan. Dan bila mereka menuntut sesuatu yang tidak baik atau tidak alkitabiah dari
kita, kita harus menolak tetapi sikap hati kita tetap tunduk. Dengan begitu, hati kita tetap murni di hadapan Tuhan dan ketaatan kita kepadaNya sempurna.

Apabila kita ingin seperti Yesus di dunia ini, kita harus belajar taat sampai menyalibkan keakuan dan
kedagingan kita, serta rela menjadi hamba seperti teladan Yesus ( Filipi 2: 5-8). Seperti teladanNya, kita harus memberikan hidup kita untuk orang lain dalam ketaatan kepada Tuhan.

Akhir kata, ketaatan memampukan kita untuk menjadi seperti yang diinginkan Tuhan. Hal itu membebaskan potensi kita dan melepaskan pelayanan kita.
Ketika kita belajar taat, kita sedang mempelajari dasar untuk berperang dan menang. Musuh akan menghadapi lawan yang berat ketika tentara Tuhan menaati otoritas di atas mereka dan para pemimpin meneladani sikap Yesus terhadap anak buahnya. Kita akan satu pikiran, satu hati dan satu roh dan tidak ada yang dapat memecah belah kita.

Gerbang-gerbang neraka tidak akan sanggup melawan
Gereja Tuhan yang taat . AMIN !


IMMANUEL
JESUS BLESSING

Tidak ada komentar:

Posting Komentar