Kamis, 07 Februari 2013

"Saat Aku Bertanya"


Aku berdiri di hadapannya sembari memandanginya dengan tatapan benci dan wajah datar.
Pikiranku dipenuhi dengan tudingan-tudingan akan dirinya.

Aku mulai bertanya pada Bapa :
"Mengapa kau memilih dia sedangkan masa lalunya begitu buruk? Dia seorang pendosa bahkan tubuhnya tidak layak disebut Bait Allah, mengapa kau memilihnya Bapa?"

Bapa tersenyum dan menjawab :
"Nak, betapa burukpun masa lalunya Aku menerima dia sejak awal Aku menenun dia dalam kandungan ibunya. Aku melihat pada masa depannya dan Aku tahu rancangan apa yang ada padaKu mengenai dia"

Aku bertanya lagi :
"Tetapi apa yang dapat dia lakukan untukmu Bapa? Dia tidak memiliki segala hal, harta yang melimpah maupun suara yang bagus"

Namun Bapa berkata :
"Nak, Aku yang memiliki segala hal. Yang Aku mau adalah hati dan hidupnya hanya tertuju padaKu karena itulah hartanya yang paling berharga"

Aku belum cukup puas, aku menudingnya sekali lagi :
"Tetapi Kau tahu bahwa hidupnya selalu jatuh bangun dan dia terus gagal menyenangkan hatiMu, apa yang masih Kau banggakan darinya?"

Bapa menjawab lagi :
"Nak, Aku mengetahuinya, setiap hal terkecil yang dia lakukanpun Aku tahu. Tetapi Aku tidak mengingat lagi berapa kali dia jatuh dan gagal karena Aku selalu tersenyum setiap kali ia berusaha dengan sungguh-sungguh bersamaKu, dan Aku akan bertepuk tangan ketika ia bangkit kembali"

Aku terdiam, lalu bertanya dengan pelan :
"Apa Kau tidak marah saat dia lebih memilih kedagingan dan egonya daripada berdoa dan membaca firmanMu?"
"Apa Kau tetap akan mengasihinya bahkan ketika dia berpaling dariMu?"
"Seperti apa dia di mataMu Bapa?"

Aku merasakan Bapa memegang tanganku sembari menjawab :
"Nak, Aku sedih ketika dia berpaling dan tidak melakukan apa yang Ku inginkan melainkan memilih untuk melakukan apa yang dia mau, tetapi Aku tidak akan pernah bosan mengatakannya bahwa Aku mengasihinya tanpa syarat, menerimanya sepenuhnya, menjaganya seperti biji mataKu"

"Apakah dia layak menerima semuanya itu?" tanyaku sekali lagi dengan suara bergetar.

Dan aku mendengar suara yang lembut menjawab "Ya... karena manusia melihat rupa tetapi Aku jauh melihat ke dalam hatinya, kasihilah dia dan jangan menganggap dirinya lebih rendah sedangkan Aku memandangnya berharga dan mulia"

Aku tersungkur dan menangis.
Lalu berkata pada sosok di hadapanku,
"Kau tahu betapa hancur hati dan hidupmu saat ini tetapi Ia tetap mengasihimu dan tidak memandang hina padamu, bangkitlah dari keterpurukanmu saat ini karena kasihNya terlalu besar untuk diabaikan"

Ku hapus airmataku dan bangkit berdiri, lalu tersenyum padanya -hal yang sudah lama tidak ku lakukan- dan berkata untuk terakhir kali sebelum beranjak pergi :
"Ya , aku mengampunimu, aku mengasihimu, aku menerimamu apa adanya"

Dan akhirnya aku berjalan pergi meninggalkan tempatku bercermin sedari tadi.

IMMANUEL
JESUS BLESSED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar