Jumat, 08 Februari 2013

"Matius 26:36-46"


Matius 26:36-46

Salah satu ekspresi yang
paling indah dari kita
memerlukan Tuhan adalah
doa. Kita melihat dari ayat-
ayat yang telah kita baca
bahwa Kristus pun perlu berdoa. Bukan hanya saat ini,
tetapi sebenarnya seluruh hidup
Kristus - mulai dari
pelayanan-Nya. Kristus pada
saat-saat yang paling genting
ini di dalam Taman Getsemani, Dia pun berdoa. Dia datang
kepada Bapa di Sorga.
Kegagalan murid-murid
dimulai dari kegagalan mereka
berdoa. Pada waktu Tuhan
Yesus datang, mereka tidur. Khususnya Matius menulis
secara eksplisit kepada Petrus,
yang baru saja mengatakan
bahwa dia rela mati bagi
Tuhan. Tetapi sekarang,
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?".

Kegagalan hidup kita juga
seringkali dimulai dengan
kegagalan kita berdoa.

Sekarang kita ingin memikirkan
melalui peristiwa ini beberapa
prinsip tentang bagaimana
Tuhan Yesus berdoa dan
bagaimana Tuhan Yesus juga
boleh menang di dalam pergumulan-Nya melawan
dosa.

Pertama, doa yang sejati adalah doa kepada Bapa di
Sorga. Ini adalah hal yang
sangat obvious, tetapi kita harus
betul-betul mengerti. Maka
ketika Tuhan Yesus berdoa
kalimat pertama yang keluar dari mulut-Nya adalah, “Ya
Bapa-Ku” (My Father). Ini
adalah puncak penyataan
Allah kepada kita sebagai
orang Kristen. Puncaknya
adalah relasi antara Allah dengan kita - siapakah Allah
itu bagi kita. Puncaknya adalah
Tuhan Allah menyatakan diri-
Nya sebagai Bapa kita. Tuhan
Yesus mengajarkan Doa Bapa
Kami. Kita boleh menyebut Dia sebagai Bapa. Biarlah kita
boleh diingatkan pada waktu
kita berdoa kepada Allah,
maka sesungguhnya kita
datang kepada Bapa kita yang di Sorga.

Kedua, kita harus menempatkan Tuhan dan
kehendak-Nya yang paling
utama di dalam doa-doa kita. “Ya Bapa-Ku, jikalau
sekiranya mungkin, biarlah
cawan ini lalu dari pada-Ku,
tetapi janganlah seperti yang
Kukehendaki, melainkan
seperti yang Engkau kehendaki.”

Pada waktu kita berdoa, kita harus
merefleksikan dan mengkoreksi
apa yang sesungguhnya kita
doakan. Apakah betul kita
menempatkan Tuhan dan
kehendak-Nya itu yang paling utama di dalam kehidupan
kita? Tuhan Yesus sendiri pun
berkata demikian di dalam
kesulitan yang begitu besar - Bukan kehendak-Ku,
melainkan kehendak-Mu yang
jadi (Not my will, but Thy will be done). Apabila kita
sungguh berdoa demikian di
dalam doa-doa kita, maka
sesungguhnya banyak hal yang
akan terselesaikan di dalam
hidup kita. Matius 6:33 mengatakan: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan
kebenarannya, maka semuanya
itu akan ditambahkan
kepadamu.” Ketika kita mencari kehendak Tuhan, itu
juga harus diekspresikan di
dalam doa-doa kita.

Ketiga, apabila kita harus berdoa sesuai dengan kehendak
Tuhan, maka implikasinya
adalah berdoa sesuai dengan
apa yang dinyatakan oleh
Alkitab kepada kita karena
disinilah ultimately Tuhan menyatakan kehendak-Nya
secara jelas kepada kita.
Waktu kita berdoa sesuai
dengan Alkitab, kita bergumul
dengan Firman - bukan hanya
menyatakan seluruh isi hati dan pikiran kita saja, tetapi juga
menyatakan isi hati kita yang
dikoreksi oleh Firman.

Keempat, kita harus bertekun di dalam doa. Tuhan Yesus disini
berdoa sebanyak 3 kali dan ada
progress di setiap doa-Nya.
Yang pertama adalah di ayat
39: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah
cawan ini lalu dari pada-Ku,
tetapi janganlah seperti yang
Kukehendaki, melainkan
seperti yang Engkau
kehendaki.”. Yang kedua adalah di ayat 42: “Ya Bapa- Ku jikalau cawan ini tidak
mungkin lalu, kecuali apabila
Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!”

Pada waktu kita bertekun di dalam doa, kita
akan semakin mengerti apa
yang menjadi kehendak Tuhan
bagi kehidupan kita dan
semakin diingatkan dengan
kebenaran Firman yang Tuhan nyatakan bagi kita. Ketekunan
berdoa juga sangat erat
kaitannya dengan peperangan
rohani - kesadaran bahwa
setiap saat kita hidup di dalam
peperangan rohani. John Piper mengatakan suatu kalimat
seperti ini: “Sampai kita mengerti bahwa hidup Kristen
adalah suatu peperangan
rohani, maka kita tidak akan
pernah tahu apa artinya
berdoa.” Kita tidak berdoa karena kita tidak hidup
berperang di tengah-tengah
dunia ini - hidup terlalu enak
dan tidak berjuang untuk
melakukan apa yang Tuhan
inginkan.

Contoh Tuhan Yesus juga
menjadi penghiburan bagi kita.
Ketika Petrus gagal karena
pada akhirnya dia
menyangkali Tuhan sebanyak
tiga kali, namun pada bagian lain di kitab Lukas 22:31-32
kita tahu bahwa Tuhan sudah
berdoa bagi Petrus. “Simon, Simon, lihat, Iblis telah
menuntut untuk menampi kamu
seperti gandum, tetapi Aku
telah berdoa untuk engkau,
supaya imanmu jangan gugur.
Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah
saudara-saudaramu.” Kalimat ini menjadi suatu penghiburan
dan kekuatan bagi kita. Ketika
kita gagal di dalam kehidupan
bedoa kita, biarlah kita ingat
bahwa Tuhan Yesus bukan
hanya berdoa bagi Petrus. Tetapi di dalam kitab Ibrani
7:25 mengatakan bahwa Dia
adalah Juru Syafaat kita. “Karena itu Ia sanggup juga
menyelamatkan dengan
sempurna semua orang yang
oleh Dia datang kepada Allah.
Sebab Ia hidup senantiasa
untuk menjadi Pengantara mereka.” Bukan hanya menjadi Pengantara di dalam
keselamatan, tetapi Dia
menjadi Intercessor (pendoa
syafaat) bagi kita sampai hari
ini supaya kita tidak gagal,
bangkit lagi dan hidup kita juga hidup yang bersandar
kepada Tuhan. Biarlah kita
boleh disadarkan, didorong dan
ditegur sekali lagi kalau
Kristus pun di dalam hidup-
Nya berdoa. Dia berseru dengan cucuran air mata dan teriakan
kepada Allah Bapa di Sorga,
karena itu Dia dibenarkan dan
menang dari segala pencobaan
yang sedang Dia hadapi.
Baiklah bagi kita yang lemah dan berdosa betapa kita perlu
lagi berdoa. Biarlah waktu kita
berdoa kita sadar bahwa bukan
karena kemauanku aku berdoa,
tetapi karena Kristus sudah
terlebih dahulu berdoa bagi aku.

Saya sekali lagi mendorong
kita untuk belajar dari Kristus
dan belajar dari kegagalan
murid-murid. Biarlah kita boleh
bertekun seperti Kristus
bertekun dan terus berjuang untuk membentuk suatu
lifestyle yang sadar bahwa kita
membutuhkan Tuhan di dalam
hidup kita.

IMMANUEL
JESUS BLESSING

Tidak ada komentar:

Posting Komentar