Jumat, 08 Februari 2013

" PEMURIDAN "


"PEMURIDAN"

Secara umum kata murid dalam
bahasa Yunani disebut
Mathetes artinya pupil atau
disciple atau pelajar. Kata
pupil lebih menjelaskan
tentang relasi antara guru dengan muridnya. Sedangkan
kata disciple lebih
menunjukkan proses yang
dijalani oleh seorang murid. Itu
sebabnya kata ini dihubungkan
dengan beberapa kata lainnya, yaitu: manthano artinya
belajar, katamanthano artinya
menguji, mathetria artinya
murid perempuan, matheteuo
artinya menjadi murid atau
membuat murid (To make disciples), matheteuein artinya
menjadikan murid, dan
akoulouthein artinya ‘mengikut’.

Dari beberapa kata di atas
dapat disimpulkan bahwa
seorang murid dari cara
pandang orang Yunani adalah
seorang yang SENANTIASA
MENGIKUTI gurunya dan MENGALAMI PROSES pembelajaran sampai proses
pengujian, sehingga akhirnya
ia dapat memiliki murid yang
belajar darinya.

Melalui kata disciple, ada 3
hal yang menarik dari konsep
“belajar” orang Yunani.
Pertama, “Belajar” merupakan
elemen intelektual yang diserap
dari teori pengetahuan (kognitif). Kedua, “Belajar”
juga merupakan rekoleksi dari
sesuatu yang tidak ada dalam
hati nurani, akhirnya menjadi
bagian dari hati nurani
muridnya (afektif). Ketiga, “Belajar” merupakan
penerapan dari pengembangan
pemahaman moral manusia
(psikomotorik).

Sedangkan dari kata pupil,
yang menarik adalah orang
Yunani sangat menekankan
pentingnya ikatan atau
persekutuan antara murid dan
gurunya. Itu terbukti saat guru- guru dari murid-muridnya
meninggal dunia, mereka tetap
melakukan proses belajar
bahkan diharapkan munculah
pemimpin atau future leader
dari antara mereka. Itu sebabnya, proses belajar yang
dilakukan oleh seorang murid
tidak akan pernah berhenti dan
tidak pernah ada batas
waktunya.

Apa yang diharapkan dari
proses belajar seorang
mathatetes? Seorang yang
menjalani proses belajar di
satu sisi diharapkan menjalani
proses itu terus menerus (bdk. Gal 4:19; Roma 8:29; 12:2)
sehingga akhirnya terjadi
proses dibentuk (formed) dan
diubah (transformed). Belum
cukup sampai disitu, seorang
mathetes dibentuk dengan tujuan agar ia dapat
membentuk orang lain lagi
(formed to shape). Itulah
sebabnya seorang murid harus
terus menerus memiliki relasi
yang intim dengan Gurunya guna mencapai formasi
spiritualitasnya (spiritual
formation). Itu berarti
perubahan yang berasal dari
dalam diri (inner life) terlebih
dahulu dan bukan sekadar lahiriah belaka.

Perubahan seperti apa yang
dapat terjadi dalam hidup
seorang murid?
Seorang yang menjadi
murid Kristus akan mengalami
Iman yang diwujudkan melalui keaktifan dalam
menaati Firman Tuhan. Adapun
kompetensi yang dimilikinya
sebagai murid Kristus adalah:
1. Seorang murid akan
mengajukan pertanyaan terus
menerus kepada gurunya
bagaimana cara mengikut
Yesus.
2. Seorang murid akan belajar
dari perkataan-perkataan
Yesus.
3. Seorang murid akan
mempelajari cara Yesus
melayani.
4. Seorang murid akan
mengimitasikan hidup dan
karakter Yesus.
5. Seorang murid akan
menemukan dan mengajar
murid-murid yang lain demi
Yesus.

Di dalam Perjanjian Baru,
istilah mathetes ada sebanyak
73 kali dalam Matius, 46 kali
dalam Markus dan 37 kali
dalam Lukas. Mengapa di
Kitab Matius paling banyak disebut-sebut? Besar
kemungkinan karena konteks
pembaca Injil Matius adalah
orang-orang Yahudi yang
memutuskan untuk
meninggalkan ajaran keyahudiannya dan beralih
mengikut Yesus.

Matius; Melalui Injil Matius,
konsep pemuridan dikaitkan
dengan Pengutusan. Setelah
murid-murid memahami ajaran
Yesus, Yesus mengutus mereka.
Dalam Matius 28:19-20 kata mathenteusate atau
“Jadikanlah murid-Ku”
menggunakan aorist active
imperative 2 plural. Itu berarti
kata ini menunjukkan sebuah
PERINTAH, bukan himbauan dan bukan pilihan.

Markus; Konsep berbeda yang
dilihat oleh Markus, seorang
murid sekaligus merupakan
pelayan yang ditebus. Sehingga
Markus lebih menekankan
pentingnya servanthood atau kerendahatian seorang murid.

Lukas; Jalan yang harus
ditempuh oleh seorang murid
rupanya bukanlah jalan yang
mudah tetapi jalan yang penuh
dengan pengorbanan (costly
way). Seorang murid bukan hanya tahu apa yang
dikatakan oleh gurunya, tetapi
juga memilih berada di jalan
gurunya, masuk ke dalam
jalan itu, menjalani
perjalanan yang sangat panjang yang dimulai dengan
memasuki jalan keselamatan,
sehingga akhirnya
menghasilkan buah yang
konsisten dengan jalan yang
mereka pilih.

Yohanes; Murid-murid yang
mengikut Yesus memiliki
banyak kekurangan. Sebelum
mengikut Yesus mereka terikat
oleh dosa. Yohanes
menekankan bahwa menjadi murid Kristus berarti mereka
diberi kesempatan untuk bebas
dari ikatan dosa.

Kisah Para Rasul. Berbeda
dari 4 Injil, dalam kitab Kisah
Para Rasul, Yesus secara fisik
tidak hadir dalam hidup para
murid. Namun rupanya budaya
memuridkan masih diteruskan, karena murid-murid Yesus pun
juga memiliki banyak murid.
Bahkan dalam tradisi para
rasul, mereka ikut ambil bagian
dalam penulisan surat maupun
Injil yang kita baca. Karena apa yang mereka dengar dari
guru mereka, itulah yang
mereka saksikan juga kepada
banyak orang.

Adapun definisi dari kata
“murid” menurut Kisah Para
Rasul adalah: orang-orang
percaya yang memutuskan
untuk mengaku Yesus sebagai
Mesias (mathetria). Itu berarti sebuah keputusan yang penuh
risiko karena meninggalkan
kepercayaan yang lama,
beralih pada kepercayaan
kepada Yesus.

AJARAN PEMURIDAN

1. TRANSFORMASI DAN
PENYANGKALAN DIRI.
Yohanes Pembaptis
memproklamasikan bahwa
pemuridannya difokuskan
pada pertobatan, pencarian Allah dan pelayanan kepada
Allah. Apa yang dilakukan
Yohanes berbeda yang lainnya,
ia rela berkorban dengan hidup
di padang gurun.

Ada perubahan dan
penyangkalan diri yang
dilakukan oleh Yohanes,
termasuk penyangkalan diri
ketika murid-muridnya sebagian
besar akhirnya menjadi pengikut Yesus (Yoh 1:35-50;
Kis 19:1-7). Proses
penyangkalan diri sekaligus
mengubah seorang murid dalam
hal:
a. Transformated mind
(pikiran).
b. Transformated character
(karakter)
c. Transformated relationship
(relasi)
d. Transformated habits
(kebiasaan)
e. Transformated service
(pelayanan)
f. Transformated Influence
(pengaruh)

2. BELAJAR DAN
BERLATIH.
Dalam buku “Jalan Menuju
Kedewasaan Penuh dalam
Kristus” pemuridan diartikan
sebagai pelipatgandaan murid Kristus. Berdasarkan Kata
Yunaninya mathetes, yang
dipergunakan 269 kali dalam
kitab-kitab Injil dan Kisah
Para Rasul, buku ini
menekankan pentingnya ”diajar” dan ”dilatih”, sebab
mereka adalah tiruan sang
guru. Proses pemuridan disebut
juga proses pendewasaan
rohani dari seseorang yang
sudah ”lahir baru”, sehingga tercapai 3 hal, yaitu:

Pengetahuan yang benar
tentang Anak Allah (Kolose
3:10); Menjadi seperti Kristus
dalam karakter (2 Korintus
3:18; Filipi 2:5); Cakap dalam melayani (2 Timotius 2:2).


Menjadi Kristen tanpa menjadi
murid, sama dengan ”bayi-bayi
rohani” yang hanya
mengkonsumsi “susu” dan tidak
dapat mengkonsumsi makanan
keras. ”Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang
dewasa” (Ibrani 5:11-14;1
Korintus 3:2). Tidak heran jika
banyak orang yang baru saja
menerima Tuhan Yesus
meninggalkan imannya dari Tuhan, karena mereka tidak
segera dimuridkan.

3. GAYA HIDUP SESUAI
KRISTUS

Dalam Journal Discipleship
Spirituality, menurut Lukas
9:23-25 Yesus mengajarkan
pengikut-Nya, bahwa pemuridan bukanlah program
atau sebuah peristiwa saja,
melainkan sebuah proses
mengikuti (follow) sehingga
akhirnya sang murid memiliki
gaya hidup (the way of life) yang sama dengan gurunya.
Jadi pemuridan tidak hanya
ditujukan bagi orang Kristen
baru tetapi juga bagi seluruh
orang Kristen.
Allah bukan hanya
menghendaki pengikut-Nya
berharap, bersemangat dan
berniat hidup baik saja, tetapi
Dia menghendaki kita
mengalami transformasi sehingga dapat memiliki
kebiasaan Ilahi sebagai wujud
jawaban kita atas panggilan-Nya.

4. MENGAJARKAN
BERULANG-ULANG
KEPADA GENERASI
SELANJUTNYA

Dalam Wasana Kata untuk
bunga rampai Nilai-nilai Keluarga Mennonit dalam
Kisaran Badai Zaman, identitas
murid bagi aliran Mennonit
dimulai dari rumah. Sejak
kelahiran dari aliran ini, 482
tahun lalu, Mennonit memulai pertemuannya di rumah-rumah,
dalam jemaat-jemaat yang
kecil dan tersembunyi. Mereka
tidak beribadah di gereja negara
di Swiss, Belanda dan Jerman.
Pertemuan ibadah rahasia, tidak tetap, dan mengambil
tempat di rumah-rumah, di
lumbung, di atas perahu,
bahkan di gua-gua; di mana
pun tempat yang mungkin
untuk dipakai beribadah. Ibadah Mennonit dimulai dari
keluarga! Dilaporkan, hanya
sekitar 4% dari kaum Mennonit
dan Brethren in Christ yang
tidak memiliki kebiasaan ini.
Rumah tangga Kristen haruslah memiliki
ibadah keluarga yang rutin,
berupaya untuk hidup dengan
patuh kepada Firman Allah,
dan untuk mendukung gereja
dalam misi. Kemudian, para orangtua pun didorong untuk
berjanji, mau menumbuh-
kembangkan anak-anak mereka
di dalam iman Kristen yang
benar.

5. BUKAN SEKADAR
IKUT-IKUTAN
Di abad pertama, ada 5
karakteristik dalam pemuridan:
• Pertama, Memutuskan
untuk mengikuti seorang guru
• Kedua, Mengingat apa
yang dikatakan oleh gurunya
• Ketiga, Belajar cara
gurunya melayani
• Keempat, Mengimitasikan
hidup dan karakter gurunya
• Kelima, Membesarkan
murid-muridnya

PEMURIDAN YANG
DILAKUKAN YESUS

Dalam buku klasik 1871, the
Training of The Twelve,
tulisan A. B. Bruce, Bill Hull
mencatat bahwa Yesus juga
memperlihatkan sebuah proses
yang dialami para murid-Nya sehingga mereka dapat
menjalankan misi Yesus. Ada 4
proses yang dijalani oleh
murid-murid Yesus:
1. Come and see Teks: Yoh 1:35-4:46. Terjadi
4-5 bulan.
• Ia memperkenalkan diri-
Nya.
• Ia memerkenalkan
pelayanan-Nya.

2. Come and follow me Teks: Mat 4:19 dan Mrk
1:16-18. Terjadi 10-11 bulan.

• Ia mengundang murid-
murid-Nya.
• Ia mengundang tanpa
menyeleksi.
• Ia menggunakan kalimat:
“Follow me” sebuah undangan
personal; “I will make you”
mengandung tanggungjawab;
“Fishers of men” Ia
memberikan Visi.

3. Come and and be with me Teks: Mrk 3:13-14. Terjadi 20
bulan.

• Hidup dalam keseharian
bersama para murid.
• Menunjukkan belas kasihan
yang memotori misi-Nya.
• Ia pergi dan berdoa
semalaman.
• Ia membina relasi dengan
para murid.

4. Remain in me Teks: Yoh 15:5, 7. Di ruang
atas dan selanjutnya seumur
hidup para murid.
• Yesus mengubah para murid
dengan meninggalkan mereka
sehingga mereka dapat menjalankan misi-Nya dengan
penuh tanggungjawab dan
dengan pertolongan Roh
Kudus.

Akhirnya, pertanyaan yang
sederhana tetapi sangat penting
bagi kita adalah: Apakah kita
sudah menjadi murid Kristus?
Sebab memiliki status dalam
tanda pengenal kita sebagai “Kristen” atau mengikuti
kegiatan gereja, bukanlah
indikator bahwa kita sudah
menjadi murid apalagi
mengikuti pemuridan.

Dari penjelasan di atas, sampai
sejauh mana kita telah menjadi
murid Yesus? Atau apa yang
mau kita lakukan agar kita
dapat menjadi murid Yesus?


IMMANUEL
JESUS BLESSING

Tidak ada komentar:

Posting Komentar