Jumat, 08 Februari 2013

"YESUS Dihadapan Pilatus"


Yesus Dihadapan Pilatus
Matius 27:1-2, 11-26

27:1. Ketika hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-
tua bangsa Yahudi berkumpul
dan mengambil keputusan
untuk membunuh Yesus. 27:2 Mereka membelenggu Dia, lalu membawa-Nya dan
menyerahkan-Nya kepada
Pilatus, wali negeri itu.

Peristiwa Yesus di hadapan Pilatus ini cukup menarik,
selayaknya pengadilan orang-
orang terkenal zaman sekarang
yang disorot oleh berbagai
media massa.

Namun kita harus melihat
bahwa kasus pengadilan
Tuhan Yesus ini merupakan
pengadilan yang begitu
pentingnya, karena melibatkan
hidup matinya seluruh umat manusia baik di dunia ini
maupun di dalam kekekalan.
Maka pada kesempatan kali
ini saya akan mengambil
paralel dari kitab Markus,
Lukas dan khususnya Yohanes yang mencatat lebih detil akan
interaksi antara Yesus dan
Pilatus.

Dan pertama kita mau lihat,
siapakah Pilatus ini? Pilatus
adalah orang yang sangat
terkenal. Sebab setiap gereja
selalu menyebut namanya di
dalam Pengakuan Imam Rasuli (“Aku percaya kepada
Yesus Kristus yang menderita
sengsara di bawah
pemerintahan Pontius
Pilatus”). Penyebutan nama Pilatus di
sini menunjukkan bahwa Yesus
hidup dan dianiaya sebagai satu peristiwa yang tercatat
dalam sejarah.

Pilatus,
seorang pimpinan militer yang
ditempatkan sebagai penguasa
di Yudea. Pilatus merupakan
perwakilan tertinggi Roma di tempat tersebut, jadi dia seperti
wali negeri atau gubernur di
dalam konteks zaman
sekarang. Bila kita kembali
melihat di dalam perikop hari
ini, Tuhan Yesus memasuki pengadilan yang kedua, setelah
menjalani pengadilan agama.
Walaupun pengadilan agama
memutuskan bahwa Yesus
harus dijatuhi hukuman mati,
hanyalah pemerintahan Romawi yang berhak
menjatuhi hukuman mati. Oleh
karena itulah maka para imam
langsung membawa Yesus
kepada Pilatus pagi itu.

Mereka tidak membawa
tuduhan bahwa Kristus
mengaku sebagai Mesias atau
Anak Allah. Karena tuduhan
tersebut tidaklah ada
hubungannya dengan Romawi dan akhirnya harus
diselesaikan dengan hukum
agama saja. Lalu di dalam
Lukas 23, kita melihat dua
tuduhan resmi yang diberikan
kepada Yesus. Pertama, pemberontakan terhadap
Kaisar dengan cara tidak
membayar pajak. Kedua,
pengakuan-Nya sebagai
Mesias, yang secara tidak
langsung menunjuk kepada Raja dari bangsa Yahudi,
yang berarti menjadi saingan
dari Kaisar Roma. Maka
tuduhan-tuduhan tersebut
sangatlah berkaitan dengan
Romawi yang tidak memperbolehkan adanya raja
lain selain kaisar.

Namun Pilatus bukanlah
orang bodoh, ayat 18
menyatakan bahwa Pilatus
sebenarnya tahu bahwa mereka
menyerahkan Yesus karena
dengki. Lagipula, tuduhan mereka sangatlah tidak logis.
Mereka meributkan akan pajak
yang tidak dibayar, namun
sejak kapan mereka peduli
untuk membayar pajak?
Bukankah mereka justru tidak akan membayar pajak bila itu
memungkinkan? Dan Pilatus
sangat berpengalaman dalam
menangani para pemberontak,
dan dia pasti tahu bagaimana
Yesus bukanlah seorang pemimpin revolusioner. Pilatus
pun pasti sadar akan
keganjilan tersebut, selain itu,
orang Romawi juga paling
tidak ingin menghukum orang
yang tidak bersalah, khususnya orang yang tidak ada
pembelaan.

Terlebih lagi ada satu pesan
dari istri Pilatus di tengah-
tengah pengadilan tersebut.
Seharusnya, tidak boleh ada
orang yang mengganggu
jalannya pengadilan. Namun bila istri Pilatus ini bersikeras
untuk memotong jalannya
pengadilan demi
menyampaikan sesuatu,
pastilah pesan tersebut
sangatlah mendesak. Dan pesan tersebut adalah agar
Pilatus tidak mencampuri
perkara orang benar ini. Maka
Pilatus mencoba dengan segala
cara untuk melepaskan Yesus.

Pertama, kitab Yohanes menulis Pilatus berusaha
menyerahkan Yesus kembali
kepada pengadilan agama.
Pilatus mengatakan bahwa ini
adalah urusan mereka sendiri,
tidak ada hubungannya dengan pemerintahan Roma. Namun
para tua-tua Yahudi bersikeras
sebab hukuman yang harus
diberikan ialah hukuman mati.
Dan hukuman tersebut tidak
bisa dikurangi.

Kedua, Pilatus mencoba menyerahkan pengadilan ini
kepada Herodes yang lebih
berkuasa dari dirinya. Herodes
yang disebut di sini ialah anak
dari Herodes Agung, yang
dikenal sebagai Herodes Antipas. Namun Herodes justru
memberikan Yesus kembali
kepada Pilatus.

Ketiga, menanyakan beberapa pertanyaan kepada Yesus.
Tapi Yesus tidak membela diri,
sebab itu percuma saja.

Keempat , yang menarik, ialah Pilatus ingat akan grasi yang
diberikan pada perayaan
Paskah. Pilatus dengan
sengaja memilih Barabas.
Barabas adalah orang yang terkenal akan kejahatannya.
Dan Pilatus beranggapan
bahwa tidaklah mungkin bagi
orang Yahudi untuk meminta
Barabas dilepaskan. Namun
justru para pemimpin Yahudi bersepakat untuk memilih
Barabas dibanding Yesus
Kristus.

Kelima , Pilatus menanyakan kepada orang Yahudi,
hukuman apakah yang harus
diberikan kepada Yesus, sebab
hukumannya masih belum
diputuskan. Maka mereka terus
berseru agar Kristus disalibkan. Namun Pilatus membela
dengan bertanya sampai tiga
kali, di mana letak kesalahan
Yesus. Sebab dia tidak bisa
menemukan alasan atau
kejahatan apapun yang membuat Yesus harus disalib.
Namun massa yang sudah
semakin kacau hanya terus
berteriak agar Yesus
disalibkan, tanpa
memperhatikan pertanyaan Pilatus.

Kemudian, Pilatus tidak
langsung menjatuhkan
hukuman salib, melainkan
menyerahkan Yesus untuk
disesah. Dan bila kita ingat
akan film The Passion of the Christ, hukuman penyesahan
orang Romawi sangatlah
menyakitkan, bagaimana
banyak kriminal yang mati
pada proses pencambukan ini.
Namun, bila dibandingkan dengan penyaliban, hal ini
terlihat relatif lebih ringan,
sebab masih akan ada orang
yang tetap hidup setelah
disesah, sedangkan semua
orang yang disalib pasti sampai mati baru diturunkan dari
salibnya.

Tetapi, di tengah desakan dan
tekanan dari para orang
Yahudi, Pilatus tidak bisa
berbuat banyak. Akhirnya dia
pun bertanya,”Apa itu
kebenaran?” Dan jawaban Pilatus sendiri cukup
menyedihkan, karena yang ia
tahu hanyalah bahwa dia akan
kehilangan jabatannya bila
Yesus tidak disalibkan. Ini
menunjukkan akan apa yang Pilatus pegang sebagai yang
terpenting dalam hidupnya.

Yang terakhir , dia mengatakan bahwa dirinya tidaklah
bersalah atas kematian Tuhan
Yesus. Namun benarkah
demikian? Pilatus adalah
pemimpin dari pengadilan
tersebut. Oleh karena itu, keputusan apapun yang
diambil merupakan tanggung
jawab Pilatus. Dan
sebenarnya, bukanlah Yesus
yang sedang diadili, tapi
Pilatus sendiri. Dia gagal di dalam pengadilan ini.


IMMANUEL
JESUS BLESSING

Tidak ada komentar:

Posting Komentar