Jumat, 08 Februari 2013

"Sida-sida dari tanah Ethiopia (1)."


Kisah Para Rasul 8:26-40.

Ay 26: “Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: ‘Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.’ Jalan itu jalan yang sunyi” .

Tuhan memberi petunjuk kepada Filipus untuk pergi ke sebelah selatan, ke jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza.
Kadang- kadang Allah membuka pintu kesempatan bagi pelayan- pelayanNya di tempat-tempat yang rasanya tidak memungkinkan untuk melayani.

Ay 27: “Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah” .
* Betul-betul hebat bahwa Filipus taat kepada Allah tanpa bertanya tentang apa yang akan ia lakukan di sana. Kalau saudara menjadi Filipus, maukah saudara taat seperti itu?

* Ia adalah ‘seorang sida-sida’.
Istilah ‘sida-sida’ diberikan kepada orang- orang yang mempunyai otoritas di istana, kepada siapa arti hurufiahnya tidak bisa diterapkan.

* Ia adalah seorang ‘pembesar, kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia’ .
Jadi, orang ini mempunyai kedudukan tinggi.

Ay 28: “Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya” .
Ia mendapatinya sedang membaca Alkitabnya, pada waktu ia duduk di keretanya (ay 28): ... Mereka yang rajin dalam mencari Kitab Suci ada di jalan yang baik untuk meningkatkan pengetahuan; karena kepada mereka yang mempunyai akan diberikan.

Ay 29-30: “(29) Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’ (30) Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: ‘Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?’”.
1) Tadi Filipus telah mentaati Tuhan, dan sekarang ia mendapat pimpinan / petunjuk lagi, dan ia mentaatinya lagi.
2) Pertanyaan Filipus merupakan pertanyaan yang penting, dan menunjukkan bahwa pada waktu kita mendengar Firman Tuhan, kita perlu mengertinya.

Ay 31: “Jawabnya: ‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’ Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya” .
1) Sida-sida ini tetap membaca Kitab Suci sekalipun ia tidak mengertinya.
Perhatikan, Ia membaca Kitab Suci, sekalipun ada banyak hal di dalamnya yang tidak ia mengerti. Sekalipun ada banyak hal dalam Kitab Suci yang gelap dan sukar untuk dimengerti, bahkan yang sering disalah-mengerti, tetapi kita tidak boleh membuangnya karenanya, tetapi mempelajarinya demi hal-hal yang mudah, yang merupakan jalan yang paling memungkinkan untuk datang secara bertahap pada pengertian tentang hal-hal yang sukar).

2) Kerendahan hati sida-sida ini ditunjukkan oleh pengakuannya dan kemauannya untuk diajar oleh Filipus.
‘Bagaimana aku dapat ...?’ Kerendahan hati yang paling hebat dari sida-sida, yang bukan hanya mengijinkan Filipus yang adalah orang biasa menanyainya, tetapi juga mau mengakui ketidak- mengertiannya. Dan pasti kita tidak pernah boleh berharap bahwa seseorang akan pernah menunjukkan dirinya sendiri cocok untuk diajar kalau ia sombong dengan keyakinan akan kepandaiannya sendiri. Karena itu pembacaan Kitab Suci memberi manfaat
begitu sedikit orang pada jaman ini, karena kita hampir tak bisa menemukan satu orang dari seratus yang menundukkan dirinya dengan rela untuk belajar. Karena sementara semua orang merasa malu untuk ketidak-tahuan mereka, setiap orang lebih memilih untuk dengan bangga memelihara ketidak-tahuan mereka dari pada kelihatan menjadi murid dari orang lain).

Sida-sida itu menundukkan dirinya dengan rendah hati kepada Filipus supaya oleh dia ia bisa diajar. ... Orang-orang gila menghendaki pengilhaman dan wahyu dari surga, dan sementara itu mereka merendahkan / meremehkan pelayan Allah, oleh tangan siapa mereka harus diperintah / dikuasai. Beberapa orang lain, yang terlalu mempercayai kepandaian mereka sendiri, tak akan bersedia mendengarkan manusia, dan mereka tidak mau membaca buku-buku tafsiran. ... Dan di sini kita harus ingat, bahwa bukan hanya Kitab Suci yang diberikan kepada kita, tetapi bahwa penafsir-penafsir dan guru-guru juga ditambahkan, untuk menjadi penolong-penolong bagi kita. Karena itu Tuhan mengutus Filipus, dan bukannya malaikat, kepada sida-sida itu. Karena apa tujuannya jalan memutar ini, bahwa Allah memanggil Filipus dengan suara malaikat, dan tidak langsung mengutus malaikat itu sendiri, kecuali hanya karena Ia mau membiasakan kita untuk mendengar manusia?) .

Ia mengundang Filipus untuk naik dan duduk dengan dia; ... Perhatikan, supaya bisa mengerti Kitab Suci dengan benar, adalah perlu untuk mempunyai seseorang untuk membimbing kita; buku- buku yang baik, dan orang- orang yang baik, tetapi di atas semuanya, Roh kasih karunia, untuk membimbing kita pada seluruh kebenaran) .

‘Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?’. Ini bukan bukti bahwa ‘Kitab Suci tidak dapat dimengerti tanpa seorang penafsir yang mempunyai otoritas’.

Bersambung...

IMMANUEL
JESUS BLESSING

Tidak ada komentar:

Posting Komentar